Suatu hari
suamiku pulang dengan muka agak masam. Dia bilang dia baru saja bertemu dengan
seseorang, teman dari seorang teman. Orang itu bilang “aku tuh tahu kamu… dan
bla… bla… bla… orang yang sok tahu
tentang “something bad of him”. Mungkin yang dia katakan itu ada benarnya. Tapi
hanya dari satu sisi, satu sumber. Dan
sumber itu juga belum tentu lebih baik dari dia.
Banyak dari kita
yang merasa tahu banyak tentang sesuatu. Tahu tentang seseorang “for our whole
life”. Orang tua yang merasa tahu semua tentang anaknya, dari a sampai z, dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Seorang suami yang mengenal istrinya, seorang
istri yang tahu suaminya, seseorang yang tahu tentang orang lain. Semua merasa
tahu, merasa mengenal.
Sejak kecil Ran,
anakku, kami biasakan berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, itu kami
lakukan karena kami tinggal di perumahan, dimana banyak pendatang yang
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Saat dia mulai
sekolah, kami pindah ke rumah orang tuaku karena sekolahnya dekat rumah,
sehingga dia bisa aku titipkan neneknya sepulang sekolah saat aku bekerja. Di
rumah, neneknya tetap menggunakan bahasa Indonesia jika berbicara dengan Ran,
walaupun sehari-hari menggunakan bahasa Jawa. Di lingkungan luar rumah, dengan
tetangga dan saudara-saudaranya, dia juga menggunakan bahasa Indonesia,
walaupun jika sedang bersamaku, dia diajak ngobrol dengan orang lain, aku
selalu mengajarinya menjawab dengan bahasa Jawa halus. Suatu hari, saat masih
di Taman Kanak-kanak, teman-temannya datang ke rumah, mereka bermain di ruang
depan, sementara aku duduk di ruang sebelah. Tiba-tiba aku mendengar Ran
ngobrol dengan teman-temannya dengan menggunakan bahasa Jawa “medhok”. Bahasa
yang dia pakai fasih dengan logat yang sangat “ndeso” khas anak-anak kampung
yang (maaf) agak kurang mendapat pendidikan sopan santun dari orangtuanya. Walaupun
neneknya di rumah juga menggunakan bahasa Jawa, tapi bahasa yang Ran pakai
terdengar sangat berbeda. Aku kaget mendengarnya…. Kapan dia belajar bahasa Jawa
itu, padahal di rumah dia selalu menggunakan bahasa Indonesia… Yah… mungkin
saja di sekolah. Walaupun di sekolah TK, bahasa pengantarnya diselingi Bahasa
Jawa, tapi tentu saja bahasa Jawa halus, tapi mungkin tidak demikian dengan
teman-temannya yang lain. Aku merasa “tahu” Ran, karena setiap hari aku
bersamanya, tapi ternyata tidak. Aku dibuatnya terkejut karena ketidaktahuanku.
Suatu saat
suamiku mendapat telepon dari seseorang, sesudah selesai dia tampak
marah-marah, aku tanya kenapa? Dia bilang habis ditelepon A, disuruh jangan
mengotak-atik barang miliknya, nanti takutnya malah rusak. Aku tanya lagi,
memangnya barangnya rusak sehingga harus kamu perbaiki / tidak, tidak rusak,
dan aku juga nggak ngapa-ngapain / terus kenapa dia harus berfikir kalau kamu
akan mengotak-atiknya / tidak tahu, dia mungkin memang sudah mencap aku sebagai
seorang yang suka merusak, padahal kamu tahu sendiri, barangnya masih utuh kan…
Baca juga : Rahasia awet muda
Seorang istri
yang merasa dia mempunyai seorang suami yang sempurna, yang ternyata ada
kenyataan lain yang disembunyikan suaminya. Orang tua yang selalu
membangga-banggakan anaknya sebagai seorang anak yang “baik”, tapi dia tidak
tahu bahwa ternyata di luar sang anak jauh bertolak belakang. Seseorang yang
dipandang sebelah mata di kampung, tapi tenyata punya nama besar di luar. Seorang
yang kita kenal dahulu buruk, ternyata sekarang menjadi baik, atau yang kita
kenal baik, ternyata tidak.
Seseorang yang
mungkin kita kenal, mungkin saja tidak seperti yang kita lihat. Orang yang
mungkin dulu kita kenal, mungkin sekarang sudah tidak sama lagi. Orang-orang
yang ada di sekitar kita, termasuk diri kita sendiri, selalu sedang menjalani sebuah proses. Dari bayi, anak, remaja,
dewasa dan tua. Bersekolah, bersosialisasi, bekerja, merantau, menikah, punya anak,
punya menantu, punya cucu. Saat sakit, saat sehat, saat kaya, saat miskin, itu
semua sebuah proses.
Seperti
sekelompok orang buta yang menggambarkan seekor gajah. Ada yang mengatakan
bahwa gajah itu kecil dan panjang, karena yang dia raba adalah ekornya. Ada yang
bilang bahwa gajah itu tipis dan lebar seperti kipas, karena yang dia pegang
adalah telinganya, ada yang bilang gajah itu seperti batang pohon, karena yang
dia pegang adalah kakinya. Dia akan tahu gajah itu seperti apa setelah dia
mempelajari seluruh bagian dari gajah, dan juga mendengarkan dari banyak orang
yang tahu tentang gajah, bukan cuma dari satu sumber, dan bukan cuma dari satu
sisi.
So… jangan hanya
melihat sebuah buku dari sampulnya, bacalah isi di dalamnya. Jangan hanya
melihat seseorang karena masa lampaunya, karena mungkin sekarang dia sudah
berubah. Jangan hanya melihat seseorang dengan pandangan sinis kita, karena
mungkin orang itu jauh lebih baik dari kita, sedangkan kita tidak tahu. Sebaiknyalah
kita tahu, bahwa lingkungan dan waktu, sedikit atau banyak akan membawa
seseorang melewati proses-proses yang kita tak akan selalu bisa
menduganya. Fisik, mental, spiritual
kita akan selalu berubah.
==============================================
Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8
Baca juga : Buket Wisuda
Baca juga : Buket Uang
Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan
Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1
===========================================
Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative
Youtube Tutorial Craft : Syua Mada Craft & Creative
Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada
Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik