Total Pageviews

Monday, May 12, 2014

Yua Tidak Sekolah (Waspadai Tindak Kekerasan Di Sekolah Anak)

(Waspadai Tindak Kekerasan Di Sekolah Anak) 

Mulai hari ini, Kamis, 8 Mei, Yua tidak sekolah. Sebelumnya yua masih terdaftar sebagai siswa salah satu sekolah PAUD yang ada di lingkungan sekitar Imogiri. Tiga hari sebelumnya Yua tidak masuk sekolah. Jumat, Senin dan Selasa. Selasa siang, suamiku ditelpon pihak sekolah. Katanya Yua dikeluarkan dari sekolah karena tiga hari tidak masuk sekolah tanpa ijin.

Latar Belakang
Kata suamiku, setiap orang tua pasti akan mengatakan bahwa anaknya adalah baik. OK. Mari kita lihat secara global.
Yua adalah anak yang supel, gampang berbaur dengan lingkungan yang baru, baik itu dengan orang dewasa maupun sesama anak.Saat mendaftar masuk sekolah, Yua baru berumur 3th 3bln. Di hari pertama dia masuk sekolah, dia sangat antusias. Di saat anak lain masih ditunggui orang tuanya, Yua sudah mau ditinggal(selama tiga hari pertama masuk sekolah anak boleh ditunggui orang tuanya), bahkan sebelum bel tanda masuk di hari pertama sekolahnyaberbunyi Yua sudah bilang, “Mamah pulang saja, Yua sekolah di sini”.
Yua juga termasuk anak yang mandiri. Saat anak-anak lain diantar sampai masuk sekolah, Yua diantar hanya sampai gerbang sekolah. Di minggu pertama masuk sekolah Yua langsung terkenal karena dia anak yang aktif, mandiri dan berani. Berbeda dengan teman2nya yang masih susah berpisah dengan oranngtuanya. Yua juga mendapat banyak pujian, baik dari guru, orang tua murid yang lain, dan bahkan dari petugas sekolah juga karena kemandiriannya itu. Hanya kadang-kadang saja saat dia sedang rewel, dia minta diantar sampai masuk sekolah.
Dua minggu berikutnya dia bilang, aku nggak mau sekolah mah… kenapa? Teman-teman semuanya nangis. (Awal-awal masuk sekolah memang masih banyak anak yang menangis, bahkan ada yang histeris karena harus ditinggal orangtuanya, tidak boleh ditunggui). Meskipun dia bilang begitu, dia tetap mau masuk sekolah seperti biasa. Yang aku amati adalah, kalau dia saat pulang sekolah dia ceria, berarti dia baik-baik saja. Lama-lama dia sudah terbiasa melihat teman2nya menangis saat mau masuk sekolah, dia tetap melenggang seperti biasa.
Suatu hari dia bilang nggak mau sekolah. Aku tanya kenapa # Bu Gurunya marah-marah # bu guru namanya siapa # Mr. X. Rupanya yang dia maksud itu adalah pak guru X, bukan bu guru (di situ memang ada satu pengajar laki-laki). Selama satu minggu setiap pagi Yua selalu menangis setiap berangkat sekolah, bahkan setelah sampai sekolah. Dia selalu bilang nggak mau sekolah, tapi tetap saja aku antar sampai dalam. Aku bilang Nggak pa2, pak X nggak marah-marah kok. Akhirnya minggu berikutnya dia mau berangkat seperti biasa, walaupun sampai kemarin Yua terkadang masih ngomong, nggak boleh Mah, nanti dimarahin Pak X.
Suatu sore Yua menangis saat dimandikan, katanya, kakinya jangan dibasahin Mah, sakit # kenapa # tadi dicubit si Kuncung (bukan nama sebenarnya) di sekolah. Setelah aku cek memang ada luka yang lumayan besar untuk sebuat cubitan, pantas saja dia bilang sakit. Aku ingat-ingat lagi tadi waktu menjemput Yua. Saat itu ada ibu-ibu yang mengandeng anaknya yang nangis, dia bilang, pantesan takut sekolah, lha wong dinakali temannya… setelah ibu itu pergi, seorang ibu disebelahku mendapat laporan bahwa anaknya tadi jarinya digigit oleh si Kuncung. Sesampainya di rumah aku mendapati kakinya Yua yang terluka. Berarti dalam satu hari si Kuncung ini sudah menyakiti paling tidak 3 anak.
Besoknya aku banyak mendapat informasi bahwasi Kuncung ini memang sudah terkenal suka menakali temannya, banyak yang sudah menjadi korban. Banyak juga yang jadi takut ke sekolah. Banyak ibu-ibu yang geram dengan perilaku si Kuncung ini karena anaknya sering jadi korban, bukan cuma sekali dua kali, tapi sering. Sudah ada yang melapor juga ke Guru, tapi tidak ada tindak lajut yang nyata.
 
Baca juga : Rahasia awet muda
 
Dulu ada yang pernah bercerita, anak ini termasuk golongan berkebutuhan khusus, omongannya segala macam isi kebun binatang dengan mudah meluncur dari mulutnya, perilakunya juga nakal melebihi anak yang lain. Tapi waktu itu aku masih sambil lalu mendengarnya.
Setelah kejadian itu aku semakin intens mencari informasi tentang si Kuncung ini. Bahwa si Kuncung ini ibunya adalah seorang pedagang warung makan yang cukup terkenal di daerahku. Dia dititipkan pagi2 sekali dan baru dijemput larut malam. Menurut informasi bapaknya pernah mengidap sakit jiwa. Di rumahnya sudah terbiasa mendengar dan mengucapkan seisi kebun binatang. Dari orang tuanya sampai teman-teman orang tuanya yang datang ke rumahnya juga sama saja, ditambah lagi lingkungan yang kurang mendukung. Kesibukan orang tua dan kurangnya pendidikan moral dari orangtuanyalah yang semakin membuat si Kuncung ini semakin tidak terkendali.
Aku sebenarnya justru kasihan sama si Kuncung ini. Hitam putihnya untuk anak adalah tergantung dari orangtuanya. Anak sekecil ini sudah mendapat pola yang salah. Sebenarnya dia sendiri adalah juga korban, korban dari kelalaian orang tuanya. Dan sayangnya si korban ini juga menjadikan anak-anak lainnya menjadi korbannya.
Dari waktu ke waktu Yua semakin sering bilang nggak mau sekolah, nanti dinakali si Kuncung. Memang aku terkadang masih melihat bekas luka cubitan. Entah itu di dekat mata, di tangan atau di kaki. Tapi setelah dibujuk, akhirnya Yua mau aku antar sekolah. Aku tidak melapor ke sekolah, karena gurunya seharusnya sudah tahu karena kejadiannya di sekolah, juga karena ada beberapa Ibu yang sudah pernah melapor.
Beberapa minggu yang lalu Ayahnya bilang, Ya sudah, nggak usah sekolah dulu saja nggak papa, berhenti dulu sekolahnya, kasihan juga kalau dipaksa masuk, nanti malah trauma sekolah. Biar besok langsung ke TK saja.Lagipula kalau diperhatikan, mutu pendidiknya tidak sebaik dulu, kata ayahnya. (Yua memang sudah didaftarkan ke TK sejak Januari kemarin untuk tahun ajaran baru besok, dan dia mau sekolah di TK tersebut dan tidak mau ke PAUD lagi).
Ya memang benar kalau dipaksa nanti bisa trauma, tapi selama dia masih mau sekolah ya akan aku antarkan. Yua itu punya potensi, punya kesempatan. Sayang sekali dengan potensi dia, yang hanya karena anak lain jadi mogok sekolah, kataku. Tidak banyak lho anak seperti Yua. Sejak umur 2,5 th sdh familier mengoperasikan computer, sdh hafal doa2, sudah banyak pengetahuan umumnya yang teman seusia dia banyak yg belum tahu. Apalagi sekarang.
Hari Jumat kemarin (2 Mei) Yua tidak mau sekolah, alasannya sama, nanti dinakali Kuncung. Ya sudah jadilah dia tidak masuk sekolah hari Jumat, Senin, Selasa.
Selasa sore Yua dinyatakan dikeluarkan dari sekolah dengan alasan tidak masuk sekolah selama 3 hari berturut-turut tanpa ijin. BY PHONE.



Apa Masalahnya?
Bagi kami, selaku orang tua Yua, tidak masalah Yua berhenti sekolah. Yang kami sayangkan adalah kenapa pihak sekolah langsung membuat keputusan sepihak tanpa mencari tahu dulu pokok permasalahannya.
Sebagai lembaga pendidikan, terutama untuk anak usia dini, semestinyalah selain memperhatikan segi kognitif anak, juga memperhatikan sisi spikologis anak. Anak ini kenapa dan apa apa? Anak usia dini, tidak bisa disamakan dengan sekolah militer, yang jika salah langsung dihukum. Di masa kakaknya (kakak Yua dulu juga sekolah di tempat itu juga), dan mantan bu gurunya di situ pun juga bercerita, kalau dulu ada anak begini-begitu pasti dilaporkan ke orang tua, kalau anak tidak masuk sekolah beberapa hari ada program home visit, guru mendatangi rumah murid menanyakan kabar anak tersebut. Memang sekolah ini tidak seperti dulu. Mungkin karena kebanyakan murid dan kurangnya tenaga pengajar jadi kurang maksimal.
Di sekolah yang tingkatannya lebih tinggi, bahkan di dunia kerja, jika seorang anak melanggar peraturan, masih ada SP 1, SP 2, SP 3. Itupun pasti ditanyai apa alasannya melanggar peraturan.
Di kasus Yua ini, tidak ada peringatan, langsung diambil keputusan. Sekali lagi, By phone.
Hari Rabu aku tetap mengantar Yua masuk sekolah, suamiku ikut mengantar karena akan meminta penjelasan mengenai hal tersebut. Saat itu suamiku bertemu dengan staf TU-nya, dan juga salah satu pengajarnya. Dan memang Yua dikeluarkan dari pihak sekolah dengan alasan tersebut. Itu sudah peraturan sekolah dan jika akan masuk lagi, harus membayar 150rb sebagai daftar ulang (yang ternyata banyak juga dari orangtua murid yang lain yang tidak tahu mengenai hal itu). Suamiku mengatakan bahwa; OK, tidak apa2 anak saya dikeluarkan dari sekolah, kami ikuti aturannya, tapi kenapa pihak sekolah tidak menanyakan apa alasannya Yua tidak masuk sekolah dan langsung memberi keputusan.
Akhirnya aku ikut masuk dengan seorang ibu yang lain yang anaknya juga jadi korban. Anak saya tidak mau sekolah karena takut dengan Mr. X (kejadiannya sudah lama dan saya tidak tahu kenapa, tapi Yua masih sering menyinggungnya), dan yang lebih parah dan lebih sering alasannya takut dibully sama si Kuncung ini, dan korban si Kuncung ini bukan cuma Yua, banyak anak yang lainnya. Bu Guru itu bilang, ya bikin daftar saja siapa nama anak yang dinakali. Lho… lha wong kejadiannya saja di sekolah, masak orang tua yang harus bikin laporan, bukankah seharusnya pihak sekolah yang lebih tahu kejadian di dalam lingkungan sekolah, justru pihak sekolahlah yang seharusnya memberi laporan ke orang tua murid, dan memberi sangsi ke si biang keroknya. Bukan malah sebaliknya, si korban yang dikorbankan. Aku bilang, anak saya dua-duanya perempuan, kami memang mengajari, kalau ada anak lain yang nakalin kamu dan itu sudah keterlaluan, kalau dia mukul, balas pukul, kalau dia nampar, balas nampar. Itu bukan mengajari balas dendam. Tapi mengajari anak untuk membela dirinya. Tapi apa jawaban Yua, kata bu Guru nggak boleh nakal-nakalan. Lha kalau begitu kamu terus yang akan jadi korban si kuncung itu yang nyatanya sampai sekarang juga masih sering membully anak lain dan pihak sekolah tahu betul itu…
Jam 8.30, gerbang sekolah dibuka kembali untuk memberi kesempatan anak yang terlambat sekolah masuk, sedangkan Yua dikeluarkan dari gerbang (disodorkan begitu saja tanpa ada ucapan apa-apa, setelah sempat ikut senam pagi).
Setelah ada kabar Yua diberhentikan sekolahnya karena tidak masuk sekolah tiga hari tanpa mau tahu alasannya, hebohlah ibu-ibu yang mengantarkan anaknya. Semakin banyak ibu-ibu yang menceritakan anaknya juga menjadi korban si Kuncung. Si Kuncung yang bikin masalah, kenapa anak lain yang dikorbankan, begitu kata sebagian ibu-ibu. Saat itu bahkan ada ibu yang menunggu anaknya di luar gerbang karena anaknya kemarin juga nggak mau sekolah karena dibuli si kuncung, bekasnya masih ada di perut. Kalau hari ini si anak nangis nggak mau sekolah dan tidak ada jaminan keamanan dari pihak sekolah dia akan mengeluarkan anaknya.
Lha wong anak di rumah disayang-sayang, dieman-eman, masak masuk sekolah serasa dimasukkan ke kandang macan, orangtua khawatir anaknya dibuli, anaknya takut disakiti. Hanya gara-gara satu anak itu.
Ada juga ibu-ibu yang cerita, bahwa anaknya juga sudah tiga hari nggak masuk sekolah, sama seperti Yua, dan baru masuk hari ini juga. Di hari Selasa siang dia ditelpon pihak sekolah tapi tidak diangkat. Sorenya dia baru SMS ke sekolah, ijin untuk anaknya. Aku bilang, kalau Selasa siang berarti berurutan dengan telp ke ayahnya Yua. Kalau ayahnya diangkat langsung ada pemberitahuan itu, kalau anda tertunda pemberitahuannya, dan keduluan SMS ijin sore harinya, jadi hari ini anak anda masih bisa masuk sekolah, sedangkan Yua tidak. 
Ada ibu lain yang bercerita anaknya pernah 10 hari tidak masuk sekolah, dan waktu masuk lagi disuruh bayar pendaftaran 150rb. Tapi dia tidak mau bayar dan anaknya masih tetap sekolah sampai sekarang.
Jam 11 siang ayah Yua kembali ke sekolah menghadap kepala sekolah (setelah bikin janji dulu). Dia menyampaikan bahwa memang sebagai orangtua kami lalai meminta ijin sekolah untuk Yua, dan dia hanya ingin menyampaikan pokok permasalahannya saja, alasan kenapa Yua tidak mau sekolah. Dan keputusannya juga ngambang, pihak sekolah masih mau berhubungan dengan orang tua Yua dan Yua.
The Point is :
Dengan maraknya kasus kekerasan di sekolah akhir-akhir ini, memang wajar jika para orang tua merasa khawatir tentang keamanan anaknya di sekolah. Apalagi di sekolah Yua ini memang sudah terjadi kekerasan yang mungkin dari pihak sekolah dianggap sepele tapi ternyata berbekas di spikis anak.
Bahwa adalah tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya, bukan hanya pemenuhan materi, tapi juga kasih sayang, perhatian dan pendidikan terutama moral untuk anak-anaknya. Bahwa akan menjadi apa anaknya kelak itu adalah tanggung jawab orang tua. Jangan dijadikan alasan bekerja mencari nafkah sehingga melalaikan pendidikan moral dan spiritual anaknya.
Mendengarkan anak. Kita sebagai orang tua kadang tidak menghiraukan apa yang dikatakan anak, bisa jadi itu adalah sebuah klu yang sangat penting.
Bahwa pihak sekolah selaku pendidik, aturan memang untuk mengatur, sekolah untuk mendidik, jangan dijadikan sekolah semata-mata untuk mencari untung dengan menerima siswa sebanyak-banyaknya sehingga pendidiknya sendiri kewalahan dalam menangani anak didiknya. Sekolah bukan hanya untuk pintar membaca dan menulis, tapi juga untuk pembelajaran moral dan spiritual.
Komunikasi dua arah, bukan pengetok palu.

==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik