Di sini saya akan berbagi cerita tentang bagaimana cara mengubah hobi menjadi cuan di saat pandemi. Sebenarnya sih bukan cuma hobi, tapi juga "sedikit" peluang yang harus kita "sikat" untuk mendatangkan rupiah.
Di tengah ketidakpastian di masa pandemi ini, sudah bukan menjadi rahasia umum lagi kalau hampir di semua sektor kegiatan di masyarakat menjadi kacau. Sektor pendidikan, kesehatan terutama ekonomi, semua terasa seperti jungkir balik terdampak pandemi. Untunglah entah bagaimana caranya (berkat kerja keras masyarakat dan dukungan pemerintah tentunya) perlahan kita bisa melewati masa pandemi ini dengan lebih baik.
Sama halnya dengan saya dan suami. Usaha kami di bidang handicraft utk kebutuhan ekspor tiba-tiba saja harus berhenti. Modal untuk bahan sudah terlanjur dibelanjakan, produksi dibatalkan, tenaga kerja terpaksa dirumahkan. Semuanya berhenti.
Dengan modal minus, kami harus memutar otak agar dapur tetap mengepul. Sebenarnya, kalau “cuma” untuk urusan dapur, alhamdulillah, selalu saja ada yang bisa dimakan. Tinggal di desa mungkin salah satu faktor yang menyebabkan ada saja yang bisa dimakan. Tetangga panen beras, kita ikut kebagian, tetangga panen sayur, kita bisa ikut masak…ditambah lagi rasa saling peduli yang masih kental di desa, saling membantu dan berbagi.
Masalahnya bensin, listrik dan gas tetap harus beli, tagihan terus berjalan, sekolah libur juga tetap harus dibayar….
Inilah beberapa usaha yang berasal dari hobi (dan apa saja) yang bisa mendatangkan uang.
Ingat ya… di sini yang dibahas adalah usaha dengan modal yang minim, usaha rumahan yang bisa dijalankan dengan modal seadanya saja…tanpa perlu ijazah atau pengalaman kerja sebagai pelengkap cv.
1. Tanaman hias.
Bagi yang suka berkebun, inilah waktunya merubah hobi yang biasanya anda nikmati sendiri, kini bisa dijadikan uang. Seperti saya. Sejak dulu saya suka berkebun, tapi karena sibuk mengurus bisnis dan keluarga (ditambah menyusulnya junior ketiga) maka berkuranglah waktu saya untuk mengurusi tanaman. Saat pandemi datang, saya baru tahu kalau salah satu tanaman koleksi saya sedang naik daun. Jadilah Monstera Andansoni si “janda bolong” (lebih tepatnya ron=daun dho bolong) menjadi tonggak awal saya berjualan tanaman. Yang pada awalnya tanaman tidak terurus di sela-sela barang handicraft, setelah naik daun banyak diminta teman-teman yang datang ke rumah. Kemudian saya menjual vas kayu jati (yang sebenarnya adalah sisa produksi yang berserakan) dengan janbol sebagai bonusnya, keterusan dengan tanaman yang lain yang bisa dijual. Kemudian saya juga beli tanaman lain dari sebagian uang hasil jualan sebagai tambahan dagangan. Untuk tanaman hias, saya tidak perlu khawatir tidak akan laku. Toh tanaman hias akan terus bertumbuh menghiasi halaman dan tetap bisa dijual di masa yang akan datang. Tipsnya, pilihlah tanaman yang “menjual,” misalnya dari jenis aeroid, bisa dari keluarga philodendron, monstera, alokasia atau aglonema dll.
Janbol di antara Belukar dan Handicaft |
2. Membuat Masker
Bagi yang hobi menjahit, bisa dicoba untuk membuat masker. Saya membuat masker dari bahan-bahan kain lurik sisa produksi. Selain dari bahan, model yang unik tentu akan bisa menarik minat pembeli. Coba saja lihat di pinterest atau google untuk melihat referensi model-model masker yang menarik.
Kebetulan saya tidak hanya membuat masker. Masa pandemi membuat para perokok berfikir ulang untuk membeli rokok buatan pabrik. Harga yang biasanya “biasa-biasa saja,” menjadi berat saat harus berbagi dengan kebutuhan rumah. Hal itu membuat mereka beralih ke rokok tembakau yang harganya lebih terjangkau. Jadilah peluang ini saya manfaatkan untuk membuat kantong tembakau, dari bahan lurik juga agar terlihat lebih unik dan natural. Suami saya membuat kotak tembakau dari kayu. Kayunya juga dari bahan sisa produksi.
Kantong mBako |
3. Usaha Makanan Jajanan
Memulai usaha dari dapur mungkin salah satu usaha yang paling mudah. Ibu rumah tangga biasa bisa menjadikan masakan andalannya sebagai modal untuk berjualan makanan.
Saya sendiri belum mencoba untuk hal yang satu ini. Saya sering masak banyak, jumlah anggota keluarga ada 5 di KK, tapi alhamdulillah ada banyak orang yang biasa ikut makan bersama di rumah kami.
Untuk membuat usaha baru, tak perlulah membuka warung makan dengan modal yang banyak. Mulai saja dari jajanan makanan ringan; cimol, cilok, seblak, frozen food, lauk pauk; sambel, kering tempe/kentang, roti dan kue, minuman; bobba, es buah, es lilin, es gabus dll.
Buatlah dulu dengan jumlah yang sedikit saja untuk mengetahui pasar, setelah berjalan baik, barulah bisa ditambah jumlahnya. Untuk jajanan rumahan, kemasan biasanya bukan hal yang biasa diperhatikan, tetapi untuk makanan dengan pangsa pasar menengah ke atas, buatlah kemasan yang lebih menarik dan unik. Sesuatu yang biasa, jika kita kemas dengan kemasan yang menarik tentu akan menambah nilai jual barang tersebut.
4. Ikan Hias
Salah satu ikan hias yang paling banyak dijual saat pandemi adalah ikan cupang. Ikan ini sangat mudah dipelihara. Tidak perlu perlakuan khusus, tidak perlu pompa, gelembung udara, filter, tidak perlu tempat yang luas atau perintilan akuarium pada umumnya, cukup ditempatkan di toples.
Saya lebih suka menempatkan ikan cupang di toples kaca yang polos dan simple atau ditempatkan di botol bening ditambah tanaman untuk mempercantik tampilannya.
Bagi yang ingin membudidayakannya ada beberapa trik yang harus dilakukan agar bisa beranak pinak dan bisa mendapatkan motif yang baru yang akan bisa menambah nilai jual ikan cupang.
Cupang dan Tanaman |
5. Menjual pakaian bekas, preloved.
Sejak pandemi saya baru tahu, ternyata banyak juga group-group di marketplace yang menjual pakaian bekas, preloved bahasa kerennya. Tapi tidak semuanya preloved juga… ada yang baru banget karena memang berdagang barang baru, baru dibeli tapi tidak cocok size, model atau warnanya, baru sekali pakai atau barang2 ex kado dll. Barang-barang ex kado maksudnya barang tersebut tadinya adalah kado, bisa dari kado nikahan, ualng tahun, kelahiran bayi atau yang lainnya yang tidak diinginkan/digunakan oleh si penerima. Barang tersebut masih baru bahkan kadang masih utuh kemasannya.
Tidak hanya pakaian, di sini juga dijual sepatu, sandal, tas, assesories sampai kosmetik. Mau yang branded atau non branded.
Banyak yang menjual, banyak juga yang mencari.
Menjual bisa jadi karena mau mengurangi isi lemari, membeli karena kita bisa dapat barang yang kita inginkan dengan harga yang lebih murah.
Bisa dijual harga satuan untuk mendapatkan harga yang bagus, atau ada juga yang mau membeli pakaian dengan sistem kiloan kalau mau lebih cepat terjual.
Ini kesempatan bagi kita untuk mengurangi isi lemari. Pisahkan pakaian yang bisa dijual, disumbangkan atau yang perlu dibuang. Kalau mau dibuang (bersih dan pantas pakai), saya biasanya mengemasnya dengan kantong plastik yang bersih dan rapi, tempeli tulisan “pakaian bersih” serahkan ke bapak tukang angkut sampah pada saat pengambilan sampah. Jangan dicampur sampah lain. Siapa tahu baju bekas kita masih bisa dimanfaatkan orang lain.
Hal ini juga berlaku untuk barang-barang yang “sebenarnya” tidak kita butuhkan di rumah.
6. Main online.
Untuk kaum rebahan, ini adalah cara yang mudah untuk mendapatkan uang, hanya dengan menggoyangkan jari sambil tiduran poin-poin rupiah bisa terkumpulkan. Ada beberapa aplikasi yang hanya dengan melihat, bisa mendatangkan uang. Misalnya Tik Tok. Kita bisa mengakses aplikasi ini sambil menunggu dagangan, menunggu customer, sambil menunggu jemputan, sambil makan siang dan yang pasti sambil rebahan.
Lumayan…dari main Tik Tok, bisa untuk membeli pulsa listrik 50rb per minggu.
Bagi yang mau lebih menantang, bisa mencoba aplikasi game online. Saat ini banyak sekali aplikasi game online yang bisa dijadikan ajang mencari uang atau bahkan menjadi mata pencaharian pokok untuk para gamer.
7. Membuat konten kreatif
Untuk kaum milenial, cara ini paling banyak dijadikan pilihan bukan hanya untuk mengisi waktu luang, tapi juga sebagai penyaluran kreatifitas yang biasanya tidak diberikan di sekolah umum.
Membuat konten kreatif bisa dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja tanpa harus menunggu punya ijazah atau selesai kuliah. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, semua bisa melakukannnya. Tinggal kita-kitanya saja pinter-pinter membuat bagaimana caranya agar karya kita bisa mendatangkan uang.
Konten kreatif misalnya menulis blog, membuat vlog, membuat video YouTube, Tik Tok dan lain-lain. Dengan modal HP dan kreativitas kita bisa membuat konten yang akan bisa mendatangkan uang.
Kita terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam menjadi konsumen di dunia maya. Kalau bisa menjadi produsen tentu akan lebih menguntungkan.
Jangan salah, poin 6 dan 7, jika kita serius menjalaninya, penghasilan yang akan kita dapatkan bisa tidak terbatas, bisa melebihi gaji orang-orang yang kerja kantoran. Orang tahunya kita “cuma” di rumah saja, nggak kerja…tapi kok bisa belanja-belanja…???
Penghasilan dari google adsend misalnya, bisa jadi itu akan menjadi tabungan kita, bisa juga menjadi dana pensiun karena selama orang masih melihat konten kita, kita akan tetap terus menerima transferan pembayaran.
Monggo…silahkan mau memilih cara yang mana yang akan kita jadikan penghasilan tambahan (atau bahkan pokok). Itu hanya sebagian kecil saja, tentunya masih banyak pilihan yang lain yang bisa kita lakukan. Kalau saya, pilihlah yang sesuai dengan minat kita, jadi kita bisa lebih enjoy menjalaninya.
Bagaimana cara menjual barang dagangan kita?
Ada berbagai cara kita bisa menjual dagangan kita.
1. Gelar langsung dagangan.
Ada beberapa jenis dagangan yang bisa langsung kita gelar lapaknya, misalnya makanan. Jika memungkinkan, kita bisa menjual barang dagangan kita dengan cara menggelar langsung, misalnya di teras rumah, atau bahkan langsung dari dapur. Bisa juga berjualan keliling pakai motor.
2. Via online.
Untuk orang yang introvet seperti saya, berjualan online akan sangat membantu. Sebelum pandemi sebenarnya saya sudah bertahun-tahun berjualan online, hanya saja sekarang sudah lebih intensif dengan barang dagangan yang lebih bervariasi.
Via online misalnya lewat facebook, intagram, marketplace atau group WA. Cari group yang sesuai dengan dagangan dan pangsa pasar kita. Misalnya saya mengikuti group jual beli tanaman hias di facebook. Untuk jangkauan yang lebih luas dan beragam bisa di marketplace, shoopee, tokopedia dan platform sejenisnya.
Untuk menjangkau pasar di sekitar kita, dengan alasan agar lebih mudah melakukan transaksi COD atau lebih mudah mengecek barang secara langsung, kita bisa ikut komunitas lokal. Misalnya saya tinggal di Jogja, saya bergabung dengan komunitas Jogja, komunitas Bantul, komunitas Imogiri. Misalnya saya ikut group pecinta tanaman hias Jogja, group jual beli Bantul, group jual beli Imogiri.
Untuk komunitas yanng lebih kecil, ada group WA. Biasanya ini sebatas untuk kalangan teman-teman atau untuk komunitas sejenis saja.
Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8
Baca juga : Buket Wisuda
Baca juga : Buket Uang
Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan
Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1
===========================================
Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative
Youtube Tutorial Craft : Syua Mada Craft & Creative
Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada
Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik
No comments:
Post a Comment