Total Pageviews

Friday, November 15, 2024

Memaknai kata "Jangan katakan "JANGAN" ke anak-anak."

 

Memaknai kata "Jangan katakan "JANGAN" ke anak-anak.", parenting, woman,womantalk, pendidikananak

 

Sejak 20 tahun yang lalu, sejak saya belum menikah, selain membaca tulisan masalah parenting, saya juga sering mengikuti seminar-seminar parenting di kota saya (Yogyakarta). Salah satu materi seminar yang ada pada saat itu adalah "Jangan katakan "JANGAN" ke anak-anak."

Beberapa tahun kemudian, setelah punya anak, tema itu muncul lagi, walaupun waktu itu hanya sebatas obrolan ibu-ibu komplek. 

Kemudian belakangan muncul bersliweran video-video baik dari ahli parenting maupun pelaku langsung, yaitu para emaknya anak-anak, yang intinya mengklaim bahwa, Jangan katakan "JANGAN" pada anak-anak itu adalah nonsense. 

Beberapa hari yang lalu, ketika saya menghadiri parenting yang diadakan di kelas anak TK saya, salah satu materinya juga tentang kata "Jangan" itu. Yah...walaupun lebih tepatnya penyampaiannya hanya sebatas "membaca" dan dengan isinya yang juga menggantung. 

Akhirnya ibu-ibu banyak juga yang nyelentuk, "Itu tidak berlaku pada anak saya Bu" katanya. Kalau nggak dibentak,kalau nggak dilarang yo piye..." 

Akhirnya mereka lebih suka ke setelan awal, yaitu ....

Jangan ini! Jangan itu! satu kali, dua kali, tiga kali anaknya masih tidak mendengarkan, maka akan yang ke empat adalah teriakan sambil membawa sapu 😁😂 Baru anaknya mau mendengarkan... 

 

 Baca juga : kumpulan-kata-kata-mutiara-untuk-hari guru

 

Saya sendiri berpendapat, bahwa kata "JANGAN" itu tidak perlu dilarang. Toh kata itu memang salah satu kata baku yang ada di Bahasa Indonesia. Sekarang atau nanti anak-anak juga pasti akan menggunakannya. Justru kata "Jangan" itu penting karena biar anak tahu ada batasan-batasan tertentu antara boleh dan tidak, baik dan tidak.

Saya lebih suka memakai kata pengganti atau tetap menggunakan kata jangan, tapi harus disertai dengan alasan.

Misalnya, "Jangan main di jalan, nanti kalau ada kendaraan lewat Yui bisa kaget." atau Maennya di halaman saja, kalau di jalan nanti kalau ada kendaraan lewat Yui bisa kaget."  

Satu pakai kata jangan, satunya tidak, tapi tetap mempunyai pengertian yang sama.

Memakai kata "JANGAN" bukan untuk larangan, tapi pakailah untuk peringatan, kemudian beri alasannya.

Jangan juga memakai kata "JANGAN" disertai ancaman.

Jangan coret-coret baju, nanti dimarahin Bu Guru.

>> Jangan coret-coret baju, nanti bajumu jadi kotor, susah dibersihin.

>> Coret-coretnya di buku ya Dik, di bukunya Yui itu lho yang warnanya biru."

 

 Baca juga : ucapan-hari-ibu

 

Lha, njenengan enak mbak, anaknya manut-manut....

Yaa nggak tahu juga, cuman memang biasanya aku ngasih tahunya dengan baik-baik, tidak membentak. tapi kalau dia tidak mendengar, aku pake nada yang tegas, bukan bentak yaaa... Bedakan antara membentak dan tegas.

Aku juga biasanya berbicara dengan mendekati anak dulu, baru bicara dihadapannya, bukan teriak-teriak dari jauh.

Setiap anak memang berbeda. Itu pasti. Tetapi sebagai orangtua, menjadi orang tua adalah belajar sepanjang waktu. Bukannya menyalahkan anak yang susah dikasih tahu, tapi mungkin kitanyalah yang harus belajar lebih dulu. Kita dulu yang harus belajar membiasakan anak sedari kecil untuk tahu aturan-aturan tertentu. Mana yang boleh, mana yang tidak, mana yang bisa jadi alternatifnya kalau yang ini tidak bisa.

Kerjasama dengan pasangan juga sangat penting. Jangan sampai kalau orang tua berbeda pendapat, anak akan lari ke salah satu orangtua yang akan mendukungnya. Itu bisa menjadi senjata anak.

No comments:

Post a Comment