Total Pageviews

Tuesday, September 7, 2021

Rewang - Tradisi Jawa Gotong Royong Membantu (Masak) Orang Yang Punya Hajat

 

Adat Jawa,Jawa,Rewang,Budaya,Adat, Tradisi Jawa Gotong Royong Membantu (Masak) Orang Yang Punya Hajat

 

Di dalam masyarakat Jawa, ada suatu istilah namanya “rewang.” Rewang artinya membantu. Di sini ada dua pengertian. Rewang dalam arti pembantu, yaitu orang yang bekerja membantu orang lain, biasanya membantu dalam urusan kegiatan rumah tangga, istilah sekarang asisten rumah tangga, maid dalam bahasa Inggris.

Pengertian yang ke dua yaitu kegiatan bersama-sama membantu orang yang sedang punya hajat (dalam hal ini lebih ke kegiatan membantu memasak/menyiapkan hidangan hajatan).

 Baca juga : Kirab Siwur 1 Suro, Imogiri

Nah, saya akan membahas “rewang” dalam pengertian ke dua.

 

Rewang adalah salah satu warisan budaya adiluhung yang ada di masyarakat Jawa. Rewang adalah salah satu bukti bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang suka menolong dan bergotong royong dalam kehidupan sehari-hari.

 

Rewang sebenarnya bukan hanya acara membantu masak, di sini juga terjadi interaksi dari keluarga, tetangga dan saudara-saudara dari jauh yang biasanya juga datang membantu saat ada hajat keluarga. Di sini akan terjadi pertukaran info, bisa lebih saling mengenal saudara yang mungkin sebelumnya kurang akrab, dan mempererat tali persaudaraan dan keharmonisan bertetangga.

 

Baca juga : Rahasia awet muda

 

Di dalam tradisi Jawa, jika ada sebuah keluarga mengadakan sebuah hajatan, apakah itu pernikahan, sunatan, selamatan atau yang lainnya, maka warga sekitar rumah keluarga tersebut akan datang membantu, akan rewang. Ibu-ibu biasanya membantu dalam urusan masak-memasak menyiapkan hidangan hajatan, bapak-bapak membantu menyiapkan ubo rampe (perlengkapan) untuk hajatan, misalnya menyiapkan tempat, membuat tenda atau mengurusi patehan (tempat untuk membuat minuman, teh), sedangkan muda-mudi biasanya membantu menghias dekorasi (pada hajatan nikah) dan sinoman. Sinoman, enom, muda, yaitu pemuda-pemudi yang bertugas menghidangkan makanan dan minuman untuk tamu. Pada hajatan nikah biasanya mereka akan berpasangan, pemuda yang membawakan baki makanan/minuman, sedangkan pemudi yang mengambil dari baki dan menyajikannya ke meja tamu.

 

Rewang bisa berlangsung hanya sehari dua hari atau bahkan bisa sampai satu minggu. Hal itu tergantung dari macam dan besarnya suatu hajatan. Untuk hajatan pernikahan misalnya, bisa sampai satu minggu bahkan lebih. Memang apa saja yang dilakukan? Hari pertama bapak-bapak  menyiapkan tempat, hari kedua dan ketiga ibu-ibu menyiapkan nasi berkat/bancakan atau punjungan untuk diberikan kepada tetangga dan relasi-relasinya. Semakin banyak relasi tentu akan semakin banyak jumlah “besek” yang dibuat. Besek adalah wadah yang terbuat dari bambu, digunakan sebagai wadah untuk nasi berkat. Nasi berkat/bancakan sebagai ungkapan syukur, diberikan kepada tetangga atau relasi dengan cuma-cuma sebagai tanda tali kasih. Sedangkan punjungan diberikan sebagai isyarat undangan dan harapan agar si penerima punjungan juga akan memberikan sumbangan. Cara membedakan apakah itu bancakan atau punjungan adalah dengan isi dari besek itu. Bancakan isinya disertai dengan gudangan (sayuran rebus dengan bumbu parutan kelapa), sedangkan pada punjungan, tidak ada gudangan. Bisa juga diketahui dari cara si pembawa besek menyampaikan pesan, apaka itu bancakan atau punjungan. Hari keempat menyiapkan sebagian hidangan untuk besok hari H. Hari kelima hari pelaksanaan hajat. Hari ke enam membuat ulih-ulih. Ulih-ulih yaitu nasi berkat yang diberikan kepada tamu yang menyumbang, yang sebelumnya tidak mendapat nasi punjungan. Hari ke tujuh penutupan panitia. Pembukaan panitia biasanya seminggu atau dua minggu sebelum mulai rewang. Rewang biasanya dilakukan dari pagi sampai sore, tapi ada juga yang dari jam dua pagi sudah mulai memasak, tergantung kapan hidangan/berkat itu akan dibagikan.

 

Jaman dulu, setiap orang yang rewang biasanya keluarganya di rumah akan dikirimkan nasi dan lauk pauk satu piring sebagai ganti makan untuk keluarganya, sekarang kadang-kadang si rewang akan diberikan bingkisan berupa sembako pada saat acara sudah selesai, di hari terakhir rewang.

 

Selain rewang, tetangga yang membantu biasanya juga memberi sumbangan. Inilah yang sebenarnya justru memberatkan. Selain membantu tenaga, mereka juga biasanya ikut menyumbang. Bisa berupa uang, bisa juga berupa bahan-bahan makanan pokok. Di beberapa daerah, sumbangan ini dicatat dan saat si pemberi sumbangan mengadakan hajatan, dia akan diberikan sumbangan sesuai dengan apa yang telah diberikannya dulu. Tapi ada juga si empunya hajat hanya meminta bantuan tenaga para tetangga saja dan tidak menerima sumbangan uang atau barang dari tetangga.

 

Pada saat ini, orang-orang sudah mulai meninggalkan budaya rewang. Dengan pertimbangan kesibukan masing-masing individu dan kepraktisan, saat ini orang lebih memilih untuk menggunakan jasa katering. Hal ini juga dengan pertimbangan, untuk mengadakan hajatan di rumah, tentu harus menggunakan ruangan/dapur yang luas. Sedangkan pada saat ini rata-rata rumah dan dapur hanya berukuran kecil. Sedangkan untuk acara yang mengundang banyak tamu, misalnya ulang tahun atau pernikahan, orang akan lebih memilih menyewa gedung jika rumahnya tidak memungkinkan untuk menerima tamu dengan jumlah yang besar.  

 

==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik

 

 

 

 

  

No comments:

Post a Comment