Setiap menjelang bulan puasa seperti ini, di desa-terutama di masyarakat Jawa, kita tentu akan sering mendengar beberapa orang membicarakan ruwahan. Ibu-ibu memasak untuk acara ruwahan. Sanak orang-orang dari lain kampung datang untuk acara ruwahan, bahkan sanak saudara yang sudah tinggal di tempat lain juga akan pulang kampung untuk menghadiri acara ruwahan.
Ruwahan itu apa? Ruwahan berasal dari kata ruwah, ada yang mengartikan sebagai ruh atau arwah. Dalam masyarakat Jawa di bulan ini banyak orang yang memperingati kematian dengan cara “nyekar” atau mengirim doa kepada arwah orang yang telah meninggal. Makanya di bulan ruwah ini biasanya makam-makam akan ramai oleh orang yang datang berziarah.
Ruwah dalam penanggalan Jawa adalah bulan sebelum poso, puasa atau dalam penanggalan Islam yaitu Sya’ban. Maka dari itu, ruwahan juga merupakan simbol perwujudan rasa syukur masyarakat dalam menyambut akan hadirnya bulan puasa.
Baca juga : Rewang
Apa saja yang dilakukan orang-orang dalam memperingati ruwahan ini?
1. Tradisi nyekar/ziarah ke makam leluhur. Tradisi nyekar selain untuk mengirim doa kepada orang-orang yang telah meninggal, adalah juga untuk mengenang jasa-jasa leluhur kita pada masa lampau. Karena dengan adanya mereka, maka kita ada seperti sekarang ini. Leluhur merupakan “sangkan paraning dumadi” yaitu asal muasalnya kita. Maka kita harus menghormati dan mendoakannya.
Tradisi nyekar juga disebut “Nyadran” yaitu upacara peringatan untuk orang yang sudah meninggal.
Pada jaman dahulu, pada masa Hindu-Budha, orang mengadakan upacara nyadran dengan puji-pujian dan sesaji. Setelah masa Sunan Kalijogo, puji-pujian digantikan dengan doa-doa dari Al-Quran.
Ziarah juga dimaksudkan agar kita mengingat tentang kematian, bahwa pada watunya kita juga akan kembali kepada Allah SWT.
Baca juga : kirab-budaya-ulang-tahun-kalurahan karangtalun
2. Sesirih/Bersih-bersih. Untuk menyambut bulan puasa, masyarakat mengadakan acara bersih-bersih. Bersih-bersih meliputi kebersihan lingkungan sekitar dan makam. Pada bulan ini masyarakat akan bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar dan juga makam.
Selain lingkungan, sesirih juga dilakukan pada diri sendiri. Pada jaman dahulu orang-orang akan pergi ke gunung-gunung atau tempat yang sepi untuk mandi dan membersihkan diri, biasa juga disebut padusan. Pada masa sekarang padusan justru dilaksanakan beramai-ramai.
Sesirih ini mempunyai makna filosofi bahwa kita harus membersihkan diri dan lingkungan dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan, sehingga pada saat menjalankan ibadah puasa nanti jiwa raga kita sudah bersih sehingga bisa lebih khusuk dalam menjalankan ibadah puasa.
Baca juga : Rahasia awet muda
3. Kenduri Ruwahan
Masyarakat, biasanya ibu-ibu, bersama-sama menyiapkan makanan untuk digunakan kenduri. Kenduri ini akan di bawa ke masjid untuk diadakan doa bersama. Orang-orang yang mengikuti kenduri antara lain warga sekitar, bisa diwakili bapak-bapak, dan sanak-saudara atau orang-orang yang mempunyai kerabat/leluhur yang dimakamkan di pemakaman desa tersebut.
Makna dari kenduri ini adalah berkumpulnya sanak saudara dan para tetangga bersama-sama dalam rangka menyambut datangnya bulan puasa.
4. Megengan/Punggahan. Megeng artinya menahan (puasa), sedangkan pungguh artinya munggah, naik. Artinya bahwa sebentar lagi akan memasuki bulan puasa, maka kita diharapkan untuk bisa menahan diri dari hal-hal yang tidak baik, yang bisa menggugurkan ibadah puasa.
Pada tradisi megengan, masyarakat menyiapkan makanan berupa ketan, kolak dan apem. Ketan berasal dari kata khotan, bahasa Arab, yang artinya kesalahan. Maknanya seluruh keluarga saling memaafkan dari kesalahan kepada semua sanak saudara dan leluhur.
Ketan sendiri merupakan makanan yang lengket, yang mempunyai makna filosofi agar bisa merekatkan persaudaraan.
Kolak dari kata khologo, kholig, Allah. Maknanya dari rasa manis kolak yang merupakan simbol persaudaraan yang manis yang diberkahi Allah.
Apem dari kata affum, afwan artinya minta pengampunan. Yang artinya meminta pengampunan dari Allah sebelum memulai puasa agar bisa menjalani puasa dengan hati yang bersih dan bisa beribadah dengan lebih khusuk.
Baca juga : kirab-siwur-kirab-budaya
Demikian filosofi dan arti dari ruwahan. Bahwa ruwahan bukan hanya sekedar tradisi, bukan sekedar kenduri membuat ketan kolak apem, tapi banyak makna yang terkandung di dalamnya yang bisa membuat kita semakin beriman kepada Allah SWT.
Sumber : Djoko Lodhang, berbagai sumber
Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8
Baca juga : Buket Wisuda
Baca juga : Buket Uang
Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan
Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1
===========================================
Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative
Youtube Tutorial Craft : Syua Mada Craft & Creative
Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada
Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik
No comments:
Post a Comment