Total Pageviews

Friday, November 19, 2021

Mitoni - Selamatan Tujuh Bulanan Kehamilan dalam Tradisi Jawa

 



hamil,Mitoni,Adat Jawa,Adat,Selamatan,Selamatan Tujuh Bulanan,Selamatan Tujuh Bulanan Kehamilan,tradisi,Tradisi Jawa,

 

Dalam tradisi budaya Jawa ada istilah namanya “mitoni.” Mitoni berasal dari kata “pitu” yang artinya tujuh. Mitoni adalah upacara selamatan atas kehamilan yang telah memasuki usia tujuh bulan. Menurut perhitungan Jawa, di usia tujuh bulan si jabang bayi dianggap sudah “tua, ”sudah cukup umur dan sudah siap untuk dilahirkan di dunia. Dengan diadakannya selamatan mitoni ini diharapkan calon bayi yang akan lahir dapat lahir dengan lancar dan selamat. Selamatan ini hanya berlaku untuk kehamilan anak pertama, sedangkan untuk kehamilan anak kedua dan seterusnya tidak perlu diadakan selamatan mitoni.

Prosesi mitoni diawali dengan acara sungkeman. Si calon ibu sungkem kepada orangtua, mertua dan juga suaminya sebagai bentuk permohonan doa restu agar diberi kelancaran dan keselamatan sampai pada saat melahirkan nanti.

Prosesi yang kedua yaitu siraman. Siraman merupakan simbolisasi agar si calon ibu membersihkan diri jiwa raganya agar pada saat melahirkan nanti bisa melahirkan anak dalam keadaan bersih dan bisa terhindar dari hal-hal yang buruk.

Siraman biasanya dilakukan di halaman samping rumah (pada jaman dahulu setiap rumah masih memiliki halaman yang luas, pada saat ini lokasinya biasanya dialihkan ke kamar mandi).

Dalam prosesi ini dimulai acara berdoa yang dilakukan oleh kaum bapak yang terdiri dari orang tua, sanak saudara dan tetangga, sementara si calon ibu menjalani prosesi siraman. Pada saat bapak-bapak mulai meng-aaamiiin-kan doa, kaum ibu juga mulai memandikan si calon ibu tersebut dengan air bunga setaman. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh dukun atau orang yang dituakan. Siraman pertama dilakukan oleh ibu, kemudian ibu mertua, nenek, bu dhe, bu lik, dan kerabat seterusnya sampai berjumlah tujuh orang, dengan catatan yang memandikan tersebut sudah menjadi ibu. Pada saat memandikan, air harus disiramkan ke seluruh badan dari mulai ujung rambut, badan sampai kaki kemudian disiramkan sampai ke belakang sejauh-jauhnya dalam setiap kali guyuran, sampai tujuh kali. Pada saat menyiramkan air ini si penyiram akan menyiramkan air sambil mengucapkan doa untuk keselamatan si jabang bayi.

Baca juga : Rewang

Setelah prosesi siraman selesai dilanjutkan dengan prosesi brojolan. Si calon ibu memakai kain putih kemudian suaminya meluncurkan telur dari atas kain melewati perutnya sampai jatuh dan pecah. Itu merupakan simbol harapan agar si bayi bisa lahir dengan lancar tanpa adanya hambatan apapun.

Proses selanjutnya yaitu memutus “lawe.” Lawe yaitu tali. Perut si calon ibu dililitkan janur kemudian suaminya memutuskan janur tersebut menggunakan sebilah keris. Maknanya agar si ayah bisa memutuskan semua halangan yang bakal merintangi proses melahirkan nanti.

Setelah itu dilanjutkan acara memasukkan sepasang cengkir gading yang sudah digambari Arjuna-Sembadra atau Kamajaya-Dewi Ratih, dengan memasukkan cengkir gading melewati sarung yang dipakai si calon ibu. Ibu dari si calon Ibu (nenek) yang memasukkan cengkir gadingnya, sedangkan ibu mertua dari si calon ibu yang menerimanya. Maknanya agar proses melahirkan nanti bisa lancar, dan si bayi bisa memiliki wajah yang rupawan seperti Kamajaya-Dewi Ratih atau Arjuna-Dewi Sembadra. Memiliki sifat-sifat wibawa, kebijaksanaan, kecerdasan dan sifat-sifat yang baik lainnya seperti yang dimiliki oleh tokoh wayang tersebut.

Jika sudah kedua cengkir gading tersebut dimasukkan ke dalam gentong dan si ibu mertua akan mengaduk-aduk kemudian mengambilnya secara acak. Menurut kepercayaan, jika yang terambil gambar wayang Arjuna atau Kamajaya, maka anaknya akan lahir laki-laki. Jika yang terambil gambar Sembadra atau Dewi Ratih maka yang akan lahir adalah anak perempuan.  

Prosesi selanjutnya yaitu memakaikan kain jarik kepada si ibu hamil dengan beragam motif yang berbeda. Pada setiap kali memakaikan kain jarik, si pemimpin upacara akan bertanya kepada penonton, ”sudah pantas belum?” nanti penonton akan menjawab “belum,” kemudian berganti-ganti jarik sampai pada jarik yang ke tujuh baru bilang “pantas.”

 Baca juga : kirab-budaya-ulang-tahun-kalurahan karangtalun

Makna tujuh kain jarik yang dipakaikan kepada si calon ibu berbeda-beda. Pertama kain Sidomukti, maknanya agar si bayi yang kelak lahir mendapat “kamukten,” hidup yang mukti, hidup yang makmur dan sejahtera.

Kain yang kedua Wahyu Tumurun, melambangkan wahyu atau anugerah yang diberikan kepada orang tua berupa kehadiran seorang bayi yang akan selalu mendapatkan berkat yang melimpah.

Kain yang ketiga Sido Asih, sebagai lambang cinta kasih dari ibu dan ayah agar si bayi juga memiliki cinta kasih untuk semua orang.

Kain yang keempat Sidodrajat, sebagai lambang pengharapan agar si bayi kelak mempunyai derajat yang tinggi.

Kain yang kelima Sidodadi, sebagai lambang agar si bayi kelak dewasa menjadi orang yang sukses.

Kain keenam Babon Angrem, melambangkan sesuatu yang berjalan secara alami, yaitu agar selama proses melahirkan nanti bisa lahir dengan normal dan alami.

Kain keenam Tumbar Pecah, seperti ketumbar yang menggelinding, diharapkan pada proses nanti juga akan menggelinding lancar tanpa hambatan.

Prosesi mitoni diakhiri dengan acara “Dodol Rujak.” Si calon ibu dan ayah menjual rujak yang dapat ditukar dengan “kreweng,“ atau pecahan genting, saat ini biasanya sudah berupa gerabah yang berbentuk uang-uangan. Rujak yang terbuat dari tujuh macam buah-buahan sebagai lambang agar si bayi bisa membawa kesegaran untuk orang-orang disekitarnya.   

 Baca juga : Rahasia awet muda

Seiring dengan perkembangan jaman yang modern, selamatan mitoni sudah jarang dilakukan. Hanya orang-orang yang masih memegang tradisi dan golongan tertentu saja yang masih melakukan acara ini. Bagi yang beragama Islam acara ini biasanya sudah digantikan dengan selamatan empat bulanan, dengan membacakan doa-doa untuk menyambut ditiupkannya ruh dalam janin yang memasuki usia empat bulan.

Bagi kalangan milenial, upacara mitoni biasanya diganti dengan acara “baby shower” yang terkesan lebih modern. Acara ini pada intinya sama saja dengan mitoni dan empat bulanan, hanya saja dikemas dengan lebih kekinian.

Intinya adalah bahwa apapun jenis selamatan yang dilakukan, tujuannya adalah sama, yaitu untuk mendoakan si jabang bayi agar senantiasa diberi kelancaran, kesehatan dan keselamatan sampai saat waktunya lahir nanti.

 Baca juga : Kirab Siwur 1 Suro, Imogiri

Semoga semua jabang bayi yang akan lahir di dunia ini nanti akan selalu diberi keselamatan, kesehatan dan kelancaran hingga saatnya lahir tiba, dan akan menjadi penyejuk hati dan menjadi pembawa kebahagiaan bagi orangtuanya. Aaamiin… 

 

 

==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik

 

No comments:

Post a Comment