Suatu pagi, sebelum matahari benar-benar terbit, ada seorang nenek sedang momong cucunya, duduk di pinggir kolam di depan rumah. Lihat ikan. Si nenek mengajak ngobrol cucunya yang baru berusia sekitar dua tahunan, menceritakan tentang ikan-ikan yang ada di kolam tersebut. Kemudian si nenek bilang, ”Bagus to kolamnya, ikannya warna-warni…. besok minta bapak buatin kolam ya….”
Mendengar itu dari dalam rumah, aku hanya tertegun… Itulah salah satu asal muasal kenapa seorang anak menjadi pinginan, selalu ingin memiliki sesuatu yang dilihatnya. Dari mana asalnya… dari neneknya… dari ibunya…. dari orang dewasa di sekitarnya yang memprovokasi dia.
Saya beberapa kali mendengar kata-kata provokatif dari orang dewasa terhadap anak-anak. Misalnya suatu saat saya pernah mendengar tetangga satu blok bicara dengan seorang anak tetangga sebelah rumahnya, “Mesin cuci budhe baru, bukaannya di depan, harganya lima jutaan. Besok suruh ibumu beli ya…” Whatttt…????
“Eh… ini lho tadi anakmu pengen pijam mainannya anak sebelah, sana kamu ke sana, pinjamin…” “Lho… nggak usah to Bu, itu lho anaknya sudah lupa, sudah asik mainan pake miliknya sendiri…”
“Kamu mau po tas kayak punya mbak itu, besok ibuk beliin ya…” padahal anaknya cuek saja, ibunya kali yang pengen…
Baca juga : Rahasia awet muda
***
Pinginan, gampang kepingin, perasaan ingin memiliki sesuatu/barang yang lihat/yang dimiliki orang lain.
***
Saat masih anak-anak dia mungkin hanya terprovokasi, saat mulai sekolah mungkin dia sudah tercetak menjadi anak yang pinginan. Temannya punya apa, dia pengen. Minta orangtuanya beliin ini itu yang sama dengan temannya. Saat sudah dewasa, menikah, akan lebih parah lagi.
Di masa ini, bukan hanya sekedar pinginan, tetapi kadangkala sudah berubah menjadi perasaan iri. Tetangganya beli kulkas baru, iri, beli motor baru, pengen, beli mesin cuci, nggak mau kalah…walapun terpaksa harus kredit. Paling nanti suaminya yang pusing mikirin tagihan.
Mulai dari pinginan, iri, kemudian akan melebar lagi jadi suka pamer. Biasanya orang yang mudah merasa iri, dia akan menutupi keiriannya itu dengan memamerkan sesuatu yang dia punya tapi orang lain nggak punya. Nggak mau kalah.
Selain provokasi pada masa kecil, sifat pinginan ini jga bisa muncul akibat pengaruh pergaulan dan lingkungan. Ada seseorang yang saya kenal, sebelumnya dia adalah orang yang sederhana. Setelah menikah, tinggal di rumah asal suami, beberapa tahun kemudian tampak perubahannya.
Saat dia mudik, melihat saudaranya habis beli ini, beli itu, dia curhat, aku nggak beli apa-apa… Dan aku tahu bahwa dia beberapa kali cerita, anaknya pengen sesuatu yang sama dengan temannya, pengen mainan yang dia lihat di rumah tetangga, ribut selama dalam perjalanan agar dibelikan.
Dirinya sendiri, di beberapa kesempatan dia juga berusaha menampakkan sesuatu yang seolah-olah dia ingin menyampaikan, ini lho aku habis beli ini, aku nyumbang ini, aku punya ini, yang menurut aku sebenarnya itu hal yang biasa saja, nggak perlu dipamerkan.
Setelah saya lihat ke belakang, ternyata lingkungan tempat tinggal dia sekarang, memang masyarakatnya banyak yang hidupnya saling berlomba berusaha lebih dari yang lain.
Dari situ mungkin juga kebutuhan perasaannya yang ingin dianggap keberadaannya sehingga perlu menampilkan sesuatu sebagai eksistensi diri.
***
Jadi…. bagaimana sebaiknya kita mendidik anak-anak kita agar menjadi pribadi yang tidak pinginan.
Dari kecil saya membiasakan anak main hanya memakai mainannya sendiri saja, tapi kalau temannya mau pinjam, boleh. Yang penting sebisa mungkin tidak pinjam mainan anak lain.
Sudah agar besar, saya selalu mengingatkan agar mensyukuri atas apa yang sudah dimiliki. Tidak perlu kepingin kalau melihat barang orang lain. Masing-masing punya barang pribadinya sendiri. Kalau bukan seragam sekolah atau barang yang diharuskan punya (untuk sekolah misalnya), berarti memang tidak harus sama.
Merasa beruntung karena punya sesuatu mungkin orang lain tidak punya. Dan merasa cukup atas apa yang sudah kita punya.
Saya selalu menyarankan untuk memilih barang yang lain dengan temannya. Punya ciri khas sendiri. Memang terkadang susah saat anak menjelang remaja dan ingin yang sama dengan temannya. Itu boleh saja selama itu bukan karena iri dengan temannya, tetapi lebih ke kekompakan bersama bestie… itu masih boleh, dengan catatan yang sewajarnya.
Dan sebagai orang dewasa, di lingkungan yang pasti ada sekelompok tetangga yang senang “berlomba,” saya lebih senang menikmati kehidupan saya sendiri tanpa perlu tahu urusan tetangga beli apa, atau punya apa.
Menikmati apa yang telah kita punya, merupakan bentuk syukur yang paling sederhana…
Jadi… nikmati saja hidup kita yang sekarang ini…
Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8
Baca juga : Buket Wisuda
Baca juga : Buket Uang
Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan
Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1
===========================================
Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative
Youtube Tutorial Craft : Syua Mada Craft & Creative
Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada
Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik
No comments:
Post a Comment