Total Pageviews

Friday, April 29, 2011

CARA MENYIKAPI ANAK KIDAL

“Lho... kok pake tangan kiri, Ran kidal ya..” kata-kata itu sering aku dengar dari ibu-ibu teman main Ran. Kebanyakan dari mereka mengatakan hal itu dengan nada khawatir atau aneh. Aku sudah biasa mendengar hal itu. 


Ran Ka, anakku, memang lebih sering menggunakan tangan kirinya dalam melakukan banyak hal, menulis, menggunting, memotong, makan dll. Bagi sebagian orang, kidal merupakan suatu bentuk keanehan, atau mungkin ada yang menganggapnya sebagai suatu bentuk kecacatan. Untuk aku "it's not a big deal."

Aku pernah mendengar, ada seorang anak yang sebenarnya berprestasi, tapi karena suatu dan lain hal prestasinya mendadak turun, setelah diselidiki ternyata di sekolah, gurunya memaksanya untuk menulis menggunakan tangan kanan, padahal biasanya dia menggunakan tangan kiri. Si Guru marah karena menganggapnya tidak sopan, sedangkan si anak merasa stress karena dipaksa sang guru merubah kebiasaan dan kebisaannya. 

Baca juga : Rahasia awet muda

Dari sini aku mulai berfikir, guru (yang seharusnya pintar dan bijak) seharusnya tahu bahwa setiap anak adalah spesial, setiap anak mempunyai kemampuan dan keunikannya sendiri-sendiri. Jika ada anak yang kidal, itu adalah keunikan dia, dan semestinya guru tidak perlu mempermasalahkannya. Tak ada yang tahu pasti mengapa manusia pada umumnya lebih banyak menggunakan tangan kanannya. Orang kebanyakan menggunakan tangan kanan menurutku lebih karena sekedar kebiasaan umum (atau mungkin aktifasi otak kiri, mungkin orang-orang dari bidang kedokteran lebih tahu ini). Apalagi doktrin kita sebagai “orang timur” yang selalu mengatakan kepada anak kecil “pakai tangan manis” menambah alasan orang untuk selalu menggunakan tangan kanan.

Saat kami menyadari Ran lebih sering menggunakan tangan kirinya, aku dan suamiku tidak pernah mempermasalahkannya. Saat Ran mulai masuk Play Group, aku sampaikan kepada pembimbingnya bahwa dia biasa menggunakan tangan kirinya untuk beraktifitas, aku meminta agar hal itu tidak perlu dilarang, kecuali saat makan, mungkin boleh diingatkan, begitu juga saat masuk TK, hal itu juga aku sampaikan kepada gurunya. 

Aku tidak mengatakan kalau anakku kidal. Dia baru berusia lima tahun dan sedang aktif-aktifnya bereksplorasi. Mungkin saat besar nanti dia akan lebih sering menggunakan salah satu tangan kiri atau kanannya saja. Buat aku, aktif menggunakan tangan kiri atau kanan bukanlah masalah yang besar. Menurutku bagus jika ada anak yang mampu menggunakan kedua tangannya secara seimbang. Itu baru keren. Memaksa anak menggunakan salah satu tangannya hanya akan membuat anak stress, merasa bersalah, atau minder.

Berikut adalah orang-orang terkenal yang kidal :

Kidal atau tidak... itu tidak akan menghalangi seorang anak untuk berprestasi... dan orangtua juga harus tahu, berprestasi bukan hanya masalah angka atau bangku sekolah... prestasi bisa di dapat di mana saja dia berada dan dalam bentuk apa saja...

@iwit
 
==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik

 

Saturday, April 16, 2011

Mengapa Wanita (sebaiknya) Berpenghasilan Sendiri?

 
woman talk,mengapa wanita harus berpenghasilan sendiri,woman,woman support,woman power,pendidikan,pendidikan anak,

 
Beberapa hal berikut yang menurut saya sebaiknya dipertimbangkan oleh para wanita (istri).  
  
  • Lebih menyenangkan jika kita punya penghasilan sendiri.
Untuk saya, sayang rasanya membelanjakan uang dari suami kalau hanya untuk sekedar beli bedak, lipstik, tas, koleksi toples atau barang-barang “perempuan” lainnya yang hanya untuk kesenangan pribadi. Saya lebih suka memakai uang dari hasil keringat sendiri, lebih puas rasanya...

  • Membantu suami menjadi lebih kaya.
Kaya maksudnya bukan lantas bergelimang harta secara berlebih lho ya... ya yang sewajarnya saja. Walaupun suami berpenghasilan lebih, jika istri juga punya penghasilan sendiri, dia tentu akan merasa lebih kaya. Penghasilan dari dia ditambah penghasilan istri, walaupun sedikit, akan menambah pundi-pundi rupiah. Dia juga merasa lebih tenang karena kita tak melulu meminta uang untuk hal-hal yang bisa kita dapatkan sendiri.

  • Tambahan Tabungan
Sebelum kembali bekerja, dulu saya bilang ke suami bahwa gaji saya akan saya pergunakan untuk tabungan anak-anak. Walaupun tidak 100% sampai sekarang saya masih tetap bisa menabung untuk mereka.

  •  Persepsi masyarakat
Suatu saat saya “diprospek” oleh seorang petugas asuransi. Pada awalnya dia sangat bersemangat. Ketika dia bertanya apa pekerjaan saya, saya jawab “ ibu rumah tangga. “ Dia langsung mundur. Terlihat jelas di raut mukanya. Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa pekerjaan “ibu rumah tangga” sangat tidak menjanjikan untuk dijadikan jaminan. Dan di masyarakat, ibu-ibu yang punya pekerjaan di luar memang “lebih dipandang” dari pada ibu-ibu yang di rumah saja. Walaupun sesungguhnya pekerjaan itu yang paling berat di dunia. Dan pada kenyataannya... saat ini saya tetap bisa membuat asuransi untuk kedua anakku dengan penghasilan yang aku peroleh sendiri. 

  • Pasang surut kehidupan.
Hidup ada pasang surutnya, begitu juga dengan suami kita. Ada kalanya dia berjaya, punya jabatan tinggi, jadi pengusaha yang sukses, dan berpenghasilan melimpah. Tapi mungkin suatu saat terjadi hal yang sebaliknya, mungkin dia sakit sehingga tidak bisa bekerja, mungkin tiba-tiba usahanya bangkrut, dipecat, atau mendapat kemalangan yang lain. 

  •  Suami sakit atau meninggal.
Kita tidak tahu sampai kapan kita usia kita. Saat semua bisa kita miliki, bisa saja langsung terenggut. Mungkin karena sakit atau kecelakaan. Naudzubillah hi mindalik

  •  Suami berpaling.
Hai.. hai... Ini dia yang bikin jengkel... Apapun alasannya... ada saja yang membuat suami berpaling pada wanita lain... kalau hal ini terjadi... wah... siap-siap nggak dapet transferan duit tuh.... 


Yang penting lagi... jangan gara-gara tulisan ini Ladies jadi berbondong-bondong ninggalin rumah... Ingat lho ya... keluarga (ada anak-anak di dalamnya) jauh lebih penting untuk kita perhatikan. Dan bekerja... tidak harus keluar rumah.... 

Baca juga : Rahasia awet muda

Berpenghasilan tentu bukan berarti harus bekerja kantoran yang mungkin akan menghabiskan lebih dari setengah waktu kita dalam sehari. Mungkin bisa memulai usaha kecil yang dimulai dari hobi kita. Bikin kue kering bagi yang hobi memasak, menjahit, nggak harus menjahit baju, bisa juga kok menjahit pernak-pernik kecil, bagi yang hobi internetan, saat ini banyak lho pekerjaan sampingan melalui internet, atau bagi yang hobi menulis, kenapa tidak menuangkan ide-ide kita menjadi tulisan yang bisa berubah jadi rupiah... so apapun itu... just do it...


Hayo... gimana Ladies.... ready to fight....
*(Bagi para bapak... nggak perlu tersinggung lho)
 
==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik

 

Broken Home... So What Gitu lho...

Saat kita bertemu dengan anak, remaja atau bahkan orang yang telah menginjak usia dewasa, yang menurut kita hidupnya berantakan, urakan, amburadul, hidup dari jalan ke jalan dan perilaku yang dianggap buruk sejenisnya, maka akan banyak orang yang bilang, “Maklum saja, dia kan dari keluarga broken home? Saya mengernyitkan dahi, “hmm, gitu ya…
 
Saya bertemu dengan banyak orang. Mulai dari orang yang kaya raya sampai yang kere, orang-orang kantoran sampai pengamen perempatan jalan, mahasiswa sampai yang SD saja tidak lulus. Dan sebagian dari mereka adalah teman-teman saya. Dan teman-teman saya ada yang alim, pemabuk, pemakai narkoba dan bahkan pelacur dan sebagainya. Dari mereka saya mendapat banyak cerita. Dari yang alim, saking alimnya, atau mungkin karena masih lugu (atau naïf), sampai dia tidak tahu,”curhat itu apa sih?” atau, “kondom itu apa?” Pertanyaan yang membuat kami tertawa untuk orang seusianya. Cerita si pemabuk karena bapaknya seperti itu, dan dia tidak perlu merasa takut akan dilarang ibunya, toh ibunya juga tidak perduli. Si pemakai narkoba yang katanya terjebak salah pergaulan. Dan si pelacur yang mengharapkan perhatian dan kasih sayang yang tidak dapatkan dari bapaknya. Yang kesemuanya itu garis besarnya karena broken home.  
 
Saya lahir dari keluarga yang sederhana. Sejak bapak dan ibu saya berpisah (bukan bercerai, tapi pisah rumah, ibu tinggal di Jogja, sementara bapak tinggal di Jakarta dan menikah lagi) kami 3 anak-anaknya yang saat itu masih kecil ikut ibu. Keadaan tambah parah saat bapak tidak lagi memberi nafkah kepada kami. Ibu harus bekerja keras banting tulang untuk membiayai sekolah kami. Dan kami pun jadi terbiasa membantu ibu menyiapkan dagangan, sampai mengantarkannya ke warung-warung. Status ibu yang janda bukan, bersuami juga bukan, membuat banyak orang yang berfikiran negatif. Banyak godaan untuk ibu, mulai dari yang merayu secara halus, sampai terang-terangan mengatakan,”asal mau sama aku, anakmu aku biayai.” Beruntung walaupun keadaan ekonomi morat-marit, ibu bukan orang yang selemah itu. Keadaan ibu yang seperti itu berdampak pula pada kami, anak-anaknya. Mulai yang tidak dipercaya membawa uang arisan anak-anak kampung, karena takut ditilep, sampai di dalam bus umum, di depan orang-orang yang tak dikenal ada tetangga yang nyelentuk, bicara dengan keras, “Eh, ini lho anak yang ditinggal bapaknya kawin lagi.” Wow….
 
Setelah lulus SMP saya masuk STM yang jaraknya jauh dari rumah. Untuk menghemat biaya transportasi, atas tawaran seorang guru, saya tinggal di rumah mertuanya yang jaraknya dekat dari sekolah. Bisa dibilang saya jadi pembantu di situ, karena saya harus membersihkan rumah dan memasak setiap hari. Sampai lulus saya tinggal di situ. Hampir 4 tahun (waktu itu STM tempat saya belajar berjenjang 4 tahun). Waktu naik ke kelas 4, adikku seharusnya masuk SMA, tapi karena tidak ada biaya, teman-teman seangkatannya hari pertama masuk sekolah, dia hari pertama masuk kerja jadi buruh di pabrik plastik bekas. Beruntung sore harinya ibuku diberi tahu bahwa ada sekolah yang baru buka, gratis. Jadilah adiknya tidak jadi putus sekolah. 
 
Baca juga : Rahasia awet muda
 
Lulus STM saya sebenarnya ingin kuliah, tapi karena tidak ada biaya saya langsung bekerja di Batam. Yang kata orang banyak sekali godaan di sana. Apalagi untuk anak-anak seusia kami yang baru saja lulus sekolah, menghirup kebebasan, jauh dari orang tua. Ya. Memang benar.  
 
Saya merasa beruntung dulu masuk sekolah STM yang notabene mayoritas cowok dan tinggal di rumah mertua guru saya yang kebetulan juga adalah tempat kos mahasiswi. Jadi saya tidak perlu merasa canggung berada seasrama dengan teman-teman perempuan yang lain, dan saya juga tidak merasa perlu berebut perhatian dari kaum lelaki yang memang hanya seperlimanya di Batam (bahkan mungkin kurang). 
 
Tapi di luar teman-teman seasrama dan teman-teman kerja, teman-teman saya dari luar memang kebanyakan laki-laki.  Mungkin karena saya berasal dari STM, jadi saya mudah berbaur dengan mereka tanpa merasa salah tingkah atau sok jaga imej.. Jadi mereka juga enjoy saja berteman dengan saya. (Padahal sampai SMP saya termasuk anak yang pendiam dan jarang keluar rumah).
 
Di Batam semua bisa saja terjadi. Mulai dari pergaulan bebas, sampai narkoba. Saat baru datang, teman-teman saya bertaruh kalau saya nanti pasti gonta-ganti pacar, apalagi didukung wajah saya yang yah…lumayan cantik  kalau kata saya … (Saya sempat ikut berbagai lomba modeling di Batam). Tapi sampai habis kontrak saya tidak punya pacar, semua hanya teman, karena waktu itu saya sudah punya pacar di kampung. Begitu juga saat teman-teman perempuan saya mengajak saya merokok, ke diskotik, dan sebagainya. Saya tetap pada pendirian saya. Sampai ada yang bilang,”Ah, nanti lama-lama juga ikut-ikutan.”  Saya orangnya asik diajak berteman. Tapi saya juga punya batasan untuk diri saya sendiri. Saya menghormati mereka, dan mereka juga menghormati saya. 
 
Habis kontrak kerja saya melanjutkan kuliah profesi satu tahun dengan biaya gaji terakhir saya di Batam. (Gaji sebelumnya sebagian saya kirimkan dan sebagian saya gunakan untuk mengikuti berbagai kursus dan kegiatan modeling). Lulus kuliah saya langsung bekerja, dan tinggal di kos. Otomatis sejak lulus SMP saya jarang ada di rumah. Hanya seminggu sekali saya pulang. Dan saat pulang adalah hari “rumpi nasional” buat saya. Sebab saat itu saya bisa berbagi cerita bersama ibu. Mulai dari pindah kerja, putus pacaran, sampai pacar saya saat ini dua. Makanya walaupun jarang pulang, saya tetap dekat dengan ibu, termasuk kakak dan adik saya. 
 
Suatu hari saya bertemu dengan sebuah keluarga. Keluarga itu terlihat harmonis. Bapak dan ibu tampak mesra. Say I Love you saat di telfon, cipika-cipiki saat si bapak pergi, sering bepergian bersama. Saya berfikir, bahagianya keluarga ini. Sayang bapak ibuku tidak seperti itu. 
 
Sampai suatu hari, setelah beberapa lama berinteraksi dengan keluarga tersebut, saya baru tahu, mungkin bapak ibunya memang terlihat  romantis. Tapi bagaimana dengan anak-anaknya? Ada yang beberapa kali pindah kuliah sampai akhirnya DO dan hidup di jalanan.  
 
Ada yang tidak menyelesaikan sekolahnya, ada pula yang pada awalnya dibanggakan karena bisa masuk universitas negeri  favorit, ternyata kemudian diketahui bahwa ada perbuatannya yang sangat memalukan hingga merasa perlu dirahasiakan dari keluarga yang lain. Semakin saya banyak tahu tentang keluarga itu, semakin membuat saya pusing. Saya heran. Dari keluarga yang “baik-baik saja,” berpendidikan dan ekonomi yang bercukupan. Apanya yang salah.  
 
Banyak pasangan menikah, meskipun katanya sudah tidak akur lagi…. “Tidak ada kecocokan lagi” kalau kata para selebritis, tapi mereka tetap terus mempertahankan pernikahannya… katanya demi anak….  Kalau saya kok nggak gitu ya…. 
 
Kalau kita sudah tidak bisa sejalan dengan pasangan kita, kalau kita paksakan untuk tetap terus bersama, maka yang akan terjadi adalah saling menyakiti hati satu sama lain, bukan hanya pasangan yang merasa tersiksa, anak-anak pun akan merasakan dampaknya, walaupun mungkin mereka tidak bicara. Kalau memang sudah tidak bisa bersama, untuk apa terus memaksakan diri untuk tetap bersama.
 
Kalau menurut saya, bukan masalah pasangan bercerai atau tidak, mungkin lebih kepada gaiaimana orangtua membekali anak-anaknya, dan bagaimana anak membentengi diri sendiri dan bukan mencari alasan yang sia-sia.
 
Saya merasa bangga dengan keadaan saya saat ini. Walaupun kata orang saya berasal dari keluarga yang “Broken Home” toh saya dan saudara-saudara saya masih berada “di jalan yang benar.” Saya bangga dengan ibu saya (yang tidak berpendidikan) yang telah mendidik saya menjadi orang yang “kuat.” Dan saya juga berterimakasih kepada bapak saya, walaupun telah mentelantarkan kami, tapi dari bapaklah kami dipaksa untuk berjuang. 
 
Dari sini saya banyak mengambil pelajaran. Bukan tentang kamu berasal dari mana, bagaimana keluargamu. Tetapi tentang bagaimana kamu menghadapinya. Jangan mencari alasan untuk menyalahkan orang tuamu.  Dan jangan pula merasa bersalah atas keputusan mereka. Tapi carilah alasan untukmu berjuang.
So.... Broken Home?! So What Gitu Lho!!!  
 
==============================================

Cek juga tutorial menghias tumpeng : https://youtu.be/8YAUsn770A8

Baca juga : Buket Wisuda

Baca juga : Buket Uang  

Baca juga : contoh-berbagai-macam-mahar-pernikahan

Baca juga : Contoh seserahan/mahar part 1

 

===========================================

Cek ig saya yang berisi tentang buket dan craft yang lainnya : Gabah Craft & Creative

Youtube Tutorial Craft Syua Mada Craft & Creative

Youtube tentang perjalanan, budaya dan wisata : Syua Mada

Youtube tentang lirik lagu barat : Syua Mada Lirik

 

Friday, April 1, 2011

Hypnobirthing Terapi Sendiri untuk Mengurangi Rasa Sakit Saat Melahirkan


hamil,cara mengurangi sakit saat melahirkan,terapi ibu melahirkan,Melahirkan,melahirkan tanpa rasa sakit,terapi mandiri,terapi ibu hamil,kehamilan,hypnobirthing,lahiran,
Yua

Mengandung... Melahirkan... memiliki anak adalah suatu kebanggaan bagi kaum wanita. Tapi rasa sakit saat melahirkan? Wha.... Nggak ku..ku...

Pada saat melahirkan anak pertama, flek keluar jam 4 pagi. Jam 8 malam masuk kamar bersalin. (Suami nggak ikut masuk, mungkin takut atau nggak tega kali ya... juga dilarang masuk sama bidannya).  Pada saat proses melahirkan tersebut, seperti pada umumnya wanita melahirkan, aku merasakan sakit yang teramat sangat, sampai-sampai menjerit-jerit histeris di kamar bersalin... Ya Allah... Ya Allah.... terus saja aku jeritkan pada saat konstraksi melilit. Untunglah (kata orang2) proses melahirkan anakku itu terbilang cepat dan lancar. Jam 23.15 lahirlah putri cantik pertamaku. (Tapi... kadang-kadang tetap saja aku merasa malu kalau ingat hal itu...). 

Berbekal pengalaman pertama itu, pada saat hamil anak ke dua, aku mulai rajin mencari-cari info soal mengurangi sakit pada saat melahirkan. Akhirnya aku menemukan artikel Hypnobirthing. 

Hypnobirthing adalah suatu bentuk terapi alternatif yang secara holistik membantu ibu untuk rileks, tenang dan tetap dalam keadaan sadar sepenuhnya. Dilakukan dengan menanamkan sugesti ke otak mengenai hal-hal positif saat proses persalinan. Misalnya bahwa proses melahirkan itu adalah hal yang sangat alami yang dialami oleh wanita, proses melahirkan itu tidak menyakitkan, jutaan wanita di seluruh dunia bisa melewatinya... aku pasti juga bisa, dll. 

Anda mungkin berfikir bahwa hal itu hanya bisa dilakukan jika kita berada di kelas-kelas dibantu para terapis. Bagaimana jika kita terbentur masalah waktu, jauhnya tenaga terapis, atau mungkin biaya? Saya melakukannya sendiri dirumah, di tempat kerja, di mana saja saya berada setiap saat setiap waktu. 

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:
  • Menanamkan sugesti positif
Tanamkan pada otak dan pikiran kita bahwa mengandung, melahirkan, dan memiliki anak adalah hal yang sangat membanggakan. Proses melahirkan itu adalah hal yang sangat alami yang dialami oleh wanita, proses melahirkan itu tidak menyakitkan, jutaan wanita di seluruh dunia bisa melewatinya... aku pasti juga bisa.
  • Melatih pernafasan
Sering-seringlah berlatih mengatur pernafasan. Tenangkan pikiran, tarik nafas dalam, hembuskan perlahan-lahan. Hal ini juga bisa dilakukan pada saat anda mengalami konstraksi.
  • Mendengarkan Musik 
Mendengarkan lagu-lagu yang menenangkan, misalnya musik klasik, atau musik lain yang anda sukai yang membuat anda merasa senang dan nyaman.
  •  Berdoa
Tentu ini adalah yang terpenting. Berdoa kepada Allah agar kita diberi kekuatan, kelancaran, kemudahan dan kesehatan saat melahirkan nanti.


Hal-hal tersebut terus aku praktekkan selama aku hamil. 

Pada saat itu HPL masih kurang 2 minggu lagi, cuti hamilku pun masih minggu depan. Pulang kerja aku tetap beraktifitas seperti biasa. Tiba-tiba jam 8 malam aku mulai merasakan konstraksi. Suamiku  mengajak aku untuk segera ke bidan, tapi aku masih tenang-tenang saja di rumah, aku pikir aku baru akan melahirkan paling tidak besok siang, pengalaman rentang waktu melahirkan pada anak pertama. Pada saat terasa konstraksi, aku hanya mengatur nafas, tarik nafas dalam, hembuskan, sambil terus mencamkan di otakku, ini tidak sakit. Alhasil, rasa sakit jauh berkurang, suami dan anakku tetap bisa tidur nyenyak. 

Jam 12 malam, pada saat kami semua terlelap, tiba-tiba pecah ketuban, aku langsung membangunkan suami, memintanya membangunkan ibuku untuk menemaniku dan memintanya memanggilkan bidan untuk datang ke rumah, karena kalau aku yang ke sana rasanya sudah tidak mungkin. Hujan gerimis tengah malam suamiku mendatangi bidan langganan yang tak jauh dari rumah. Bidan nggak bisa datang dengan alasan tidak ada peralatan (hah... mengherankan ya... atau mungkin takut dijemput laki-laki tengah malem saat gerimis... hiii...). Klinik tutup, pun demikian halnya puskesmas yang letaknya berdekatan semua. Akhirnya suami pulang ke rumah dengan tangan kosong. Sampai di pintu kamar, kepala bayi sudah nongol, suami dan ibuku “nampani” bayi (apa ya Bahasa Indonesia-nya yang tepat). Jadilah jam 00.15 WIB bayiku lahir. Langsung diselimuti suamiku sampil menunggu dokter yang dijemput mertua datang. Aku terus saja berucap alhamdulillah, bayiku lahir dengan cepat, lancar dan selamat, sedangkan aku sendiri dalam keadaan sadar penuh dan tetap tenang. Sampai-sampai aku terheran-heran sendiri, begitu cepat dan mudahnya proses ini, mungkin cuma 5 kali aku mengejan, bayi lahir. Seperti mimpi saja. Melahirkan di rumah, tanpa bidan, hanya dibantu suami dan ibu... dan alhamdulillah semua lancar..... Jam 01.00 Dokter yang dibawa mertuaku baru datang (dan ternyata bukan dokter kandungan... tapi dokter umum yang canggung menghadapi ibu-ibu melahirkan... whalah...).
 
Baca juga : Rahasia awet muda

OK moms.... mungkin itu saja yang bisa aku bagi. Tapi aku berharap tulisan kecil ini akan banyak membantu ibu-ibu dalam menghadapi persalinan. Oh ya... selama hamil aku tetap beraktifitas seperti biasa. Kerja di kantor, nyuci baju, berkebun, bersih-bersih rumah, sampai ngangkutin batu sisa gempa. Kata dokter, aktifitas juga bisa memperlancar proses melahirkan. Jadi jangan pakai alasan hamil untuk bermalas-malasan ya... ya asal hati-hati saja. Aku juga tetap bisa makan apa saja seperti biasa. Ada yang bawain peuyem (gimana tulisan yang benar ya?) aku ikut makan, musim durian, makan juga... Nggak ada pantangan, asal tidak berlebihan saja... Ok moms... Sukses ya....

Sekarang yang terus aku ucapkan adalah... BANGGANYA JADI SEORANG IBU....

hamil,cara mengurangi sakit saat melahirkan,terapi ibu melahirkan,Melahirkan,melahirkan tanpa rasa sakit,terapi mandiri,terapi ibu hamil,kehamilan,hypnobirthing,lahiran,
Ran Ka & Yua